Blog para penyuluh


ASSALAMU'ALAIKUM Wr. Wb.





Jumat, 05 April 2013

Pokjaluh7 Keajaiban Rejeki 7 keajaiban rejeki adalah buku serial otak kanan karangan Ippho Santosa yang mengungkapkan bagaimana cara mempercepat datangnya rejeki bagi diri kita yang dijanjikan dapat tercapai dalam waktu 99 hari. Buku ini menunjukkan percepatan-percepatan, lompatan-lompatan atau bahkan keajaiban-keajaiban dengan sentuhan islami yang terkait dengan keuangan, kesehatan, hubungan antar manusia, impian, prestasi sampai dengan urusan jodoh. 7 keajaiban rejeki itu diantaranya terdiri dari : 1. Sidik Jari Kemenangan (Lingkar Diri) Sebagaimana dengan sidik jari setiap orang akan berbeda-beda. Tidak ada satu pun manusia yang memiliki sidik jari yang sama. Hal ini menunjukkan salah satu kebesaran ALLAH Yang Maha Esa. Begitu juga dengan pribadi setiap orang akan berbeda-beda. Bagaimana orang akan memandang sesuatu dengan pikiran yang positif sehingga mampu menghasilkan apa yang mereka inginkan. Hal ini sangat terkait dengan hukum tarik menarik atau lebih dikenal dengan sebutan Law of Attraction (LOA). LOA ini bekerja berdasarkan pikiran manusia. Apa-apa yang seseorang pikirkan akan menjadi kenyataan baik itu positif atau negatif, baik atau buruk. Karena alam akan bekerja dari setiap pikiran manusia. Jadi, kita harus hati-hati dengan pikiran kita, karena Dia persis seperti persangkaan hamba-Nya. Dalam hal ini, yang erat kaitannya dengan LOA yaitu doa, atau impian dan harapan karena pada hakikatnya ketiganya itu adalah hal yang sama.

Sabtu, 16 Maret 2013

khutbah

PokjaluhKHUTBAH PERTAMA إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, Merupakan nikmat yang sangat besar dan tiada tara, bahwa hari ini kita dipertemukan Allah Azza wa jalla dengan Ramadhan dalam keadaan Islam dan Iman. Dengan pertemuan ini kita mendapatkan kesempatan besar untuk mendapat ampunan dari Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih) Juga dalam sabdanya yang lain, saat redaksi shama (puasa) diganti dengan qaama (qiyamullail): مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ Barangsiapa yang qiyam (lail) Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih) Maka ini adalah kesempatan besar, sekaligus nikmat yang agung. Akan tetapi, peluang besar ini juga menjadi sebuah kecelakaan bagi orang-orang yang menyia-nyiakannya sehingga ia keluar dari Ramadhan tanpa ampunan dari Rabb-nya. Maka malaikat Jibril pun mendoakan dengan diamini Rasulullah: بَعُدَ مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ Celakalah seorang yang memasuki bulan Ramadhan namun dia tidak diampuni (HR. Hakim dan Thabrani) Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, Ramadhan kita kali ini bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-65. Kita pun perlu mensyukuri nikmat kemerdekaan itu. Bahwa kemerdekaan itu kita raih di bulan Ramadhan pada tanggal 17 Agustus 1945, para pendahulu kita pun telah menyatakan bahwa ia merupakan rahmat dari Allah SWT. Di samping itu, sungguh peristiwa ini menjadi penguat bagi salah satu nama bulan Ramadhan. Yakni syahrul jihad. Bahwa Ramadhan adalah bulan di saat kaum muslimin memiliki gairah besar untuk berjihad menegakkan agama Allah, bukan bulan yang memperlemah umat Islam dalam hari-hari yang penuh kelesuan. Maka sejarah umat bicara. Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan dan kaum muslimin menuai kemenangan yang gemilang. 313 pasukan Islam berhasil mengalahkan 1000 pasukan kafir Quraisy yang bersenjatakan lengkap. Kemenangan gemilang pertama yang diraih umat Islam ini kemudian menjadi penguat eksistensi kaum muslimin di Madinah dan pembuka bagi kemenangan-kemenangan Islam berikutnya. Adakah pakar militer saat itu yang bisa memprediksi bahwa Rasulullah dan para sahabatnya bisa memenangkan peperangan? Dan kemenangan jihad ini terjadi di bulan Ramadhan! Enam tahun kemudian terjadi peristiwa yang jauh lebih besar dan mempesona. Inilah penaklukan paling indah dalam sejarah umat manusia. Penaklukan tanpa korban jiwa. Kemenangan besar tanpa tetesan darah! Sepuluh ribu pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah memasuki Makkah dengan tenang, menang tanpa perlawanan. Bukan hanya kemenangan secara fiiwa-jiwa mayoritas penduduk Makkah menggantikan seluruh kekufuran dan permusuhan mereka. Maka, tak ada satupun yang membela saat 360-an berhala di sekeliling ka’bah dihancurkan. Tak ada yang meratapi atau melakukan demontrasi saat berhala-berhala itu dilenyapkan. Sebab, sesaat sebelum dilenyapkan dari masjidil haram, Allah telah melenyapkan dari hatisik yang membuat pasukan Makkah tidak berani memberontak, tetapi juga kemenangan jiwa sehingga keimanan masuk ke j mereka. Inilah jihad dan kemenangan besar yang juga terjadi di bulan Ramadhan.

Makna Spiritual dan Mukjizat Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim Bismillaahir rahmaanir rahiim Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin Bismillaah ir-Rahmaan ir-Rahiim "Subhaana l-ladzii asraa bi 'abdihi laylan min al-masjid il-haraami ila l-masjid il-aqsha l-ladzii baaraknaa haulahuu linuriyahuu min aayaatinaa, Innahuu Huwa s-samii'u l-bashiir" "Maha Suci Allah SWT, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [QS 17:1] Allah SWT telah mewahyukan hal ini sebagai ayat pertama dari Al-Qur’an surat Al-Isra’ (Perjalanan Malam), yang dikenal pula sebagai Surat Bani Israil (Keturunan Israil) atau Surat Pensucian (subhan). Di dalamnya Allah SWT menyebutkan perjalanan malam (al-isra') saat mana Dia memangil Nabi SAW ke Hadirat Ilahiah-Nya. Sebagaimana Allah SWT memulai Quran Suci dalam Surat Pembuka al-Fatihah, dengan kata-kata "Al-Hamdu Lillah - Segala Puji hanya untuk Allah," dengan cara yang sama pula Dia membuka Surat al-Isra' [QS 17:1], surat tentang Perjalanan Malam (Isra'), dengan "Subhana - Maha Suci Allah." Allah SWT tengah mensucikan dan mengagungkan Diri-Nya sendiri dengan berfirman, "Subhana alladzii asra" yang berarti "Maha Suci Diri-Ku, Yang membawa Nabi SAW pada Perjalanan Malam, memanggilnya ke Hadirat Ilahiah-Ku."

Penyuluh In Action

Pokjaluh-